WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga, mereka seperti kehilangan induk, dan tidak tahu lagi ke mana mengadukan persoalan di permukiman itu.
Sejak PT Helatoma Cipta, sebagai pengembang Taman Puri Sartika kabur pada 2001, persoalan infrastruktur di perumahan itu seperti tak ada yang mengurus. Jalan rusak, talut ambrol, atau air minum menjadi beban warga sendiri.
PT Helatoma Cipta Semarang yang berperan sebagai pihak pengembang perumahan, dianggap warga tak bertanggung jawab karena tanpa memberi kabar, pergi begitu saja dan tidak tahu keberadaannya di mana. Celakanya, hingga kini seolah-olah dibiarkan saja oleh Pemkot Semarang.
“Pemkot seperti tidak mau tahu terhadap nasib kami yang tinggal di sini (Taman Puri Sartika –Red). PT Helatoma Cipta sudah pailit atau dipailitkan pun, kami tidak tahu karena Pemkot sendiri tidak memberikan jawaban atas pengajuan pertanyaan kami,” kata Sutiyono (38), sekretaris RW12 Perum Taman Puri Sartika itu.
Sudah berkali-kali, kata dia, warga mengajukan bantuan atau sedikit perhatian kepada Pemkot Semarang, tetapi hasilnya selalu nihil. Terpaksa, warga berkali-kali pula harus merogoh kocek sendiri untuk sedikit demi sedikit memperbaiki infrastruktur di perumahan, daripada menunggu bantuan yang tidak pasti didapat.
“Jika pengajuan bantuan kami sampaikan ke tingkat kelurahan pun, selalu menjadi yang paling bontot. Itupun belum tentu terealisasikan,” kata guru SD Jetaksari 1 Sayung Demak tersebut.
Tujuh RT
Perumahan yang berpenghuni 380 KK dengan jumlah tujuh RT, harus menata wilayah sesuai dengan kemampuan warga. Jika ditarik garuis besarnya, ada empat masalah utama yang harus dihadapi warga hingga kini. Di antaranya adalah pengadaan air bersih, talut yang sering ambrol, jalan yang selalu rusak, dan tak tersedianya tanah makam.
Jalan utama ke perumahan, banyak yang berlubang sehingga para pengendara kesulitan untuk memilih jalan yang layak dilewati. Di jalan sepanjang sekitar 1,5 kilometer dari gerbang utama hingga Kalialang, terdapat sekitar 12 patahan jalan dan tak sedikit pula talut-talut yang longsor.
Warga mengakui, ketika akan menghuni perumahan tersebut, tidak mengetahui apabila di kawasan tersebut merupakan bertanah labil, mudah longsor karena sebelumnya tidak pernah dibeberkan oleh pengembang (PT Helatoma Cipta –Red).
“Karena kami keluarga baru yang butuh rumah, dapat promosi dan iming-imingan rumah murah, ya kami beli. Eh, di tengah-tengah waktu, kami sudah agak lama tinggal, baru tahu kondisi sebenarnya,” jelas Suwartini, warga Blok B93 RT 03 RW 12 Perum Taman Puri Sartika itu.
Secara umum, warga sangat prihatin melihat kondisi yang terus menerus dialami dan sangat mengharap perhatian khusus Pemkot Semarang terhadap lingkungan yang rawan. “Kami tidak tahu mengapa pihak pengembang dahulu memilih tempat ini dan bisa disetujui ataupun diizinkan oleh Pemkot,” kata Imam Soedjoko (68), warga RT 01 RW 12 itu. (dse)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
Sudah beberapa tahun ini, dilanjutkan dengan tahun 2013 pihak Managemen Hela Toma Cipta melakukan gerilnya dengan menjual kavling yang masih ada di Taman Puri Sartiaka satu persatu. Jadi secara kewajiban pengembang, Hela Toma tidak mau memenuhi tapi dengan liciknya asset yang masih ada dalam bentuk kavling dijual satu persatu, dalam, hal ini Pemkot juga diam saja. Dan lebih parahnya lagi rumah2 yang type 45 keatas hampir semua IMB-nya belum dibuat oleh Hela Toma Cipta