Bonbin Pindah, Tinjomoyo Makin terlupakan

Minggu, 05 Juni 2011
RATUSAN pepohonan yang tumbuh subur dan rimbun di Tinjomoyo, Kelurahan bendandhuwur, Gajahmungkur, Semarang, membuat kawasan itu memang pantas dinobatkan menjadi salah satu hutan wisata.
Terlebih lagi apabila kita menyaksikannya dari kejauhan,, Jalan Pawiyatan Luhur, akan tampak jelas hamparan luas yang menghijau. Hutan Tinjomoyo, sebuah hutan yang tetap dipertahankan oleh Pemkot Semarang terutama keasriannya sebagai ruang terbuka hijau RTH di Kota Semarang.
Namun sayang, hutan yang memiliki luas sekitar 57,5 hektar itu terkesan selalu “nyepi”. Apabila dibandingkan sebelumnya, semasa masih menjadi satu lokasi dengan Taman Margasatwa atau kebun binatang bonbin, keadaanya sangt berbeda jauh.
“Ketika sebagian wilayah asih digunakan sebagai bonbin, pengunjung selalu ada tiap harinya. Tapi ketika bonbin dipindah ke Mangkang dan di sini hanya untuk hutan kota, hampir sebagian besar tanpa pengunjung,” ungkap Kepala Bagian Administratif dan Kebersihan UPTD Hutan Wisata Tinjomoyo Semarang, Mulyono.
Mulyono menjelaskan, saat ini, apabila dirata rata hanya terjual 20 tiket per hari dengan pendapatan sekitar Rp 400 ribu per bulan. Apabila sebelumnya tahun 2007, tempat tersebut bisa menarik minat pengunjung rata-rata 100 orang dengan pendapatan rata-rata Rp 1 juta per bulan.
“Kunjungan yang paling ramai ya, sekitar 40 orang ketika Minggu. Itupun pas ada kegiatan outbond. Kalau tidak ada, ya, beginilah kondisinya, sepi,” jelas Mulyono sambil memperlihatkan kondisi pintu masuk Hutan Wisata Tinjomoyo.

Keanekaragaman Hayati
Hutan Tinjomoyo yang memiliki keanekaragaman pepohonan, seperti mahoni, jati, akasia, asem londo, ketepeng, mangga, kelengkeng, matoa, nangka, dan masih banyak lainnya, memang sengaja tidak beralih fungsi.
Hal itu dikarenakan berfungsi sebagai daerah resapan air dan pencegah banjir. “Akhir Desember 2010, kami baru saja menanam 2.200 mahoni dan 50 ketepeng. Apabila tiap tahun terus ditanami pepohonan seperti ini, kawasan Tinjomoyo semakin hijau. Dan semoga saja, member rasa nyaman pengunjung,” harap warga Ngesrep, Gombel, Semarang tersebut.
Susanto , mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Semarang menilai, makin sepinya orang yang berkunjung ke Hutan Tinjomoyo karena sudah tidak ada lagi yang menarik untuk dikunjungi sebagai wisata atau tempat rekreasi.
“Apabila dahulu ada bonbin di tempat ini, tiap akhir pekan pasti selalu tampak ramai, terutama sebagai objek wisata keluarga,” jelas pria yang mengaku hampir tiap bulan ke Hutan Tinjomoyo.
Santo, demikian dia disapa menambahkan, semestinya Pemkot Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar juga memperhatikan akses jalan menuju lokasi wisata tersebut. Selain itu, perlunya memberikan ruang di beberapa sudut seperti gazebo dan arena permainan anak.
“Apbila dilihat, kondisi jalan sepanjag sekitar satu kilometer di dalam hutan Wisata Tinjomoyo, ratarata rusak. Di samping itu, tidak ada kendaraan umum yang masuk ke sini. Maka wajarlah, apabila sepi terus,” ungkap warga Bendandhuwur tersebut. (deni setiawan)

0 komentar:

Posting Komentar