RATUSAN pepohonan yang tumbuh subur dan rimbun di Tinjomoyo, Kelurahan bendandhuwur, Gajahmungkur, Semarang, membuat kawasan itu memang pantas dinobatkan menjadi salah satu hutan wisata.
Terlebih lagi apabila kita menyaksikannya dari kejauhan,, Jalan Pawiyatan Luhur, akan tampak jelas hamparan luas yang menghijau. Hutan Tinjomoyo, sebuah hutan yang tetap dipertahankan oleh Pemkot Semarang terutama keasriannya sebagai ruang terbuka hijau RTH di Kota Semarang.
Namun sayang, hutan yang memiliki luas sekitar 57,5 hektar itu terkesan selalu “nyepi”. Apabila dibandingkan sebelumnya, semasa masih menjadi satu lokasi dengan Taman Margasatwa atau kebun binatang bonbin, keadaanya sangt berbeda jauh.
“Ketika sebagian wilayah asih digunakan sebagai bonbin, pengunjung selalu ada tiap harinya. Tapi ketika bonbin dipindah ke Mangkang dan di sini hanya untuk hutan kota, hampir sebagian besar tanpa pengunjung,” ungkap Kepala Bagian Administratif dan Kebersihan UPTD Hutan Wisata Tinjomoyo Semarang, Mulyono.
Mulyono menjelaskan, saat ini, apabila dirata rata hanya terjual 20 tiket per hari dengan pendapatan sekitar Rp 400 ribu per bulan. Apabila sebelumnya tahun 2007, tempat tersebut bisa menarik minat pengunjung rata-rata 100 orang dengan pendapatan rata-rata Rp 1 juta per bulan.
“Kunjungan yang paling ramai ya, sekitar 40 orang ketika Minggu. Itupun pas ada kegiatan outbond. Kalau tidak ada, ya, beginilah kondisinya, sepi,” jelas Mulyono sambil memperlihatkan kondisi pintu masuk Hutan Wisata Tinjomoyo.
Keanekaragaman Hayati
Hutan Tinjomoyo yang memiliki keanekaragaman pepohonan, seperti mahoni, jati, akasia, asem londo, ketepeng, mangga, kelengkeng, matoa, nangka, dan masih banyak lainnya, memang sengaja tidak beralih fungsi.
Hal itu dikarenakan berfungsi sebagai daerah resapan air dan pencegah banjir. “Akhir Desember 2010, kami baru saja menanam 2.200 mahoni dan 50 ketepeng. Apabila tiap tahun terus ditanami pepohonan seperti ini, kawasan Tinjomoyo semakin hijau. Dan semoga saja, member rasa nyaman pengunjung,” harap warga Ngesrep, Gombel, Semarang tersebut.
Susanto , mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Semarang menilai, makin sepinya orang yang berkunjung ke Hutan Tinjomoyo karena sudah tidak ada lagi yang menarik untuk dikunjungi sebagai wisata atau tempat rekreasi.
“Apabila dahulu ada bonbin di tempat ini, tiap akhir pekan pasti selalu tampak ramai, terutama sebagai objek wisata keluarga,” jelas pria yang mengaku hampir tiap bulan ke Hutan Tinjomoyo.
Santo, demikian dia disapa menambahkan, semestinya Pemkot Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar juga memperhatikan akses jalan menuju lokasi wisata tersebut. Selain itu, perlunya memberikan ruang di beberapa sudut seperti gazebo dan arena permainan anak.
“Apbila dilihat, kondisi jalan sepanjag sekitar satu kilometer di dalam hutan Wisata Tinjomoyo, ratarata rusak. Di samping itu, tidak ada kendaraan umum yang masuk ke sini. Maka wajarlah, apabila sepi terus,” ungkap warga Bendandhuwur tersebut. (deni setiawan)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar