TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual aneka kerajinan khas Semarang.
Mlati Wangi, usaha rumahan yang dimiliki Yuli Muhawati (42) merupakan satu dari puluhan stan Usaha Kecil Menengah/Industri Kecil Menengah (UKM/IKM) yang mengikuti pameran itu. Direncanakan, pameran berlangsung hingga tiga bulan mendatang.
Yuli menjelaskan, Mlati Wangi yang bergerak di bidang sulam pita, dirintisnya sejak 2000. Dia merasa jenuh ketika di rumah tanpa ada aktivitas sampingan.
“Dulu saya sering merasa jenuh ketika di rumah. Bingung mau ngapain ketika semua tugas sebagai ibu rumah tangga sudah selesai. Mau kerja kantoran dilarang oleh suami,” jelas lulusan Psikologi Unika Soejipranata Semarang itu. Yuli kemudian iseng membuka-buka internet, lalu menemukan beraneka ragam usaha yang bisa dikerjakan di rumah. Setelah mempelajari, dia langsung menjatuhkan pilihan ke bisnis sulam pita.
Kursus
Dia lalu mengikuti kursus sehari di Jalan Dr Cipto, dengan biaya Rp 100 ribu. Lantas, dia membeli sehelai jilbab polos, dan menyulamnya dengan berbagai motif. “Saya harus kursus dahulu agar lebih paham teknik-teknik menyulam dengan pita jepang. Jujur, saya belum pernah sama sekali bersentuhan langsung dengan jarum dan benang,” kata wanita beranak tiga itu.
Setelah dirasa terampil menyulam jilbab, wanita yang bertempat tinggal di Jalan Mlatiharjo Tengah 14 Semarang, kemudian mengembangkan ke sarung bantal, tas, dan pakaian. Hasilnya, secara autodidak, Yuli telah mampu menciptakan motif-motif baru.
Setiap Minggu pagi, dia membuka dasaran di Simpanglima dan Jumat di pasar kaget di belakang Gubernuran. Selain itu, dia juga menerima pesanan sesuai keinginan pembeli, termasuk jenis motifnya. Bisnis itu berkembang pesat pada awal 2011.
“Hampir setiap Minggu setelah berjualan atau mengadakan pameran, tak sedikit orang yang memesan hasil karya saya. Hingga kini, pemasaran tidak hanya di Pulau Jawa, tapi telah sampai di Negeri Belenada,” tambah Yuli.
Dia menjelaskan, harga yang dia jual untuk setiap jenisnya bervariasi, tergantung tingkat kerumitan pengerjaannya, yakni antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu per buah. Menurutnya, dari bisnis tersebut, dia dapat meraup keuntungan antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per buah, apa pun jenisnya. Syarat utama bisnis ini, tambahnya, cukup telaten, tekun, dan enjoy. Hanya bermodalkan kain, spons ati, pita jepang, Yuli rata-rata dapat memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 1 juta per bulan. (deni setiawan)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar