KONDISI kampung Kalialang Baru RT 03 RW 07 Kelurahan Sukorejo, Gunungpati, Semarang, semakin mengkhawatirkan. Jalan paving block tak pernah bertahan lama, paling banter hanya sampai enam bulan. Selain itu beberapa kondisi rumah pun retak-retak karena kampung tersebut berada di jalur tanah labil.
Keadaan itu semakin diperparah oleh intensitas hujan yang selalu tinggi beberapa bulan terakhir ini. hampir setiap hari, warga Kalialang Baru harus selalu waspada dan berhati-hati karena sering terjadi secara tiba-tiba tanah di kampung tersebut longsor.
Yantiningsih (43), warga RT 03 RW 07 Kampung Kalialang Baru, Sukorejo, Gunungpati menceritakan, bulan Februari 2011, dapur rumahnya sampai ambrol dan retak-retak karena tanah yang berada di bawah dapur tersebut, labil atau bergerak. Terlebih lagi ketika hujan sangat deras.
“Sejak awal 2011, kami harus terus berhatihati apabila hujan turun sangat lebat karena sangat berpotensi besar, tanah di sini bakalan longsor, ambles, dan bangunan rumah pun mudah retak-retak,” jelas Yantiningsih.
Suyanto (52), warga di daerah yang sama, menambahkan, kondisi tanah di Kalialang Baru memang makin mengkhawatirkan. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada 2011, jalan-jalan paving block saat ini ambles hingga mencapai sekitar dua meteran. Selain itu, beberapa rumah pun sering bambrol terkena longsoran tanah labil.
“Kalau tahun 2010, kondisi jalan tidak separah ini. Walaupun berada di tanah yang labil, dahulu masih bisa diatasi, karena hujan tidak seganas tahun ini,” jelas Suyanto.
Menanggapi keluhan warga, Lurah Sukorejo, Sukidi menjelaskan, pihaknya sudah melaporkan sekitar pertengahan Maret 2011 kepada pihak kecamatan mengenai kondisi Kampung Kalialang Baru yang makin lama makin parah. (dse)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar