KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang tengah melakukan pengambilan gambar. Ada yang berakting, ada pula yang berperan sebagai sutradara.
Apa yang terjadi? Apakah ada program “Sinetron Masuk Sekolah”? atau ada rumah produksi yang membuat film televisi di sekolah itu?
Ternyata tidak. Kesibukan syuting tak lain berhubungan dengan workshop pembuatan film pendek, yang hari itu diadakan di SMP 5. Dalam rangkaian Reuni Perak Alumni SMP 5 Angakatan 1986, sejumlah alumni mengadakan pelatihan membuat film pendek bagi adik-adik mereka.
Selain ingin bernostalgia, kedatangan sekitar 10 alumni angkatan 1986, menggelar acara workshop singkat itu sebagai pembuka rangkaian reuni perak yang puncaknya pada 25 Juni mendatang.
“Ini adalah kegiatan yang baru pertama kali dan pembuka oleh alumni 1986 SMP 5 Semarang. Sebelumnya kami mau menggelar acara try out, tetapi karena sudah terlalu banyak yang membuat, maka kami buat acara alternatif, yakni workshop film,” kata Surya Wirawan, wakil ketua paniti reuni perak tersebut.
Dunia Film
Zoex Zabidi, piƱata kamera dari Dramalab Semarang, mengatakan, workshop yang diikuti 48 orang itu, sekadar memperkenalkan ghal yang sebenarnya sudah tidak asing lagi, yakni duni afilm. Mulai dari langkah awal, memegang kamera, dan mengedit film, diperkenalkan di kegiatan itu.
Maka, selain sekolah jadi lokasi syuting dadakan, sejumlah siswa pun didapuk jadi artis dan aktor dadakan. Tanpa ada skenario, alat-alat produksi film yang profesional, para siswa tak henti-hentinya menggali ide cerita. Bahkan tak jarang pula harus berganti setting maupun cerita karena dianggap tidak cocok.
Aktingnya juga tak seprofesional para artis maupun aktor di film-film yang selalu mereka saksikan di teve maupun di bioskop. Bhkan dapat dikatakan juga, sebelumnya tak ada persiapan sama sekali ketika praktik membuat film berdurasi lima menit itu.
Menurut Zoex, para siswa SMP di Kta Semarang masih menganggap membuat film adalah hal yang mustahil, ketimbang drama ataupun teater. “Pikiran-pikiran pihak sekolah ataupun siswa itulah yang sedang kami luruskan. Salah satunya dengan memperkenalkan dunia perfilman kepda mereka secara langsung, walaupun sangat sederhana,” jelas Zoex yang juga panitia reuni perak tersebut.
Dia menambahkan, sebenarnya siswa SMP maupun SMA di Kota Semarang mempunyai potensi yang bagus. Namun, sayangnya tidak ada ajang yang bisa mengakomodasi bakat serta minat mereka, yang bisa digali hanya dipendam begitu saja.
“Nyatanya, walaupun dilaksanakan sangat singkat, para siswa sangat antusias untuk mendapatkan tambahan ilmu di bidang film. Tak ada yang mengeluh. Artinya, sebenarnya mereka butuh, tetapi tidak ada yang mengakomodasi,” tambahnya. (deni setiawan)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar