Siswa SMP 5 Semarang Jadi Aktor Dadakan

Rabu, 20 April 2011
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang tengah melakukan pengambilan gambar. Ada yang berakting, ada pula yang berperan sebagai sutradara.
Apa yang terjadi? Apakah ada program “Sinetron Masuk Sekolah”? atau ada rumah produksi yang membuat film televisi di sekolah itu?
Ternyata tidak. Kesibukan syuting tak lain berhubungan dengan workshop pembuatan film pendek, yang hari itu diadakan di SMP 5. Dalam rangkaian Reuni Perak Alumni SMP 5 Angakatan 1986, sejumlah alumni mengadakan pelatihan membuat film pendek bagi adik-adik mereka.
Selain ingin bernostalgia, kedatangan sekitar 10 alumni angkatan 1986, menggelar acara workshop singkat itu sebagai pembuka rangkaian reuni perak yang puncaknya pada 25 Juni mendatang.
“Ini adalah kegiatan yang baru pertama kali dan pembuka oleh alumni 1986 SMP 5 Semarang. Sebelumnya kami mau menggelar acara try out, tetapi karena sudah terlalu banyak yang membuat, maka kami buat acara alternatif, yakni workshop film,” kata Surya Wirawan, wakil ketua paniti reuni perak tersebut.

Dunia Film
Zoex Zabidi, piƱata kamera dari Dramalab Semarang, mengatakan, workshop yang diikuti 48 orang itu, sekadar memperkenalkan ghal yang sebenarnya sudah tidak asing lagi, yakni duni afilm. Mulai dari langkah awal, memegang kamera, dan mengedit film, diperkenalkan di kegiatan itu.
Maka, selain sekolah jadi lokasi syuting dadakan, sejumlah siswa pun didapuk jadi artis dan aktor dadakan. Tanpa ada skenario, alat-alat produksi film yang profesional, para siswa tak henti-hentinya menggali ide cerita. Bahkan tak jarang pula harus berganti setting maupun cerita karena dianggap tidak cocok.
Aktingnya juga tak seprofesional para artis maupun aktor di film-film yang selalu mereka saksikan di teve maupun di bioskop. Bhkan dapat dikatakan juga, sebelumnya tak ada persiapan sama sekali ketika praktik membuat film berdurasi lima menit itu.
Menurut Zoex, para siswa SMP di Kta Semarang masih menganggap membuat film adalah hal yang mustahil, ketimbang drama ataupun teater. “Pikiran-pikiran pihak sekolah ataupun siswa itulah yang sedang kami luruskan. Salah satunya dengan memperkenalkan dunia perfilman kepda mereka secara langsung, walaupun sangat sederhana,” jelas Zoex yang juga panitia reuni perak tersebut.
Dia menambahkan, sebenarnya siswa SMP maupun SMA di Kota Semarang mempunyai potensi yang bagus. Namun, sayangnya tidak ada ajang yang bisa mengakomodasi bakat serta minat mereka, yang bisa digali hanya dipendam begitu saja.
“Nyatanya, walaupun dilaksanakan sangat singkat, para siswa sangat antusias untuk mendapatkan tambahan ilmu di bidang film. Tak ada yang mengeluh. Artinya, sebenarnya mereka butuh, tetapi tidak ada yang mengakomodasi,” tambahnya. (deni setiawan)

0 komentar:

Posting Komentar