KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi, lantas bablas lagi.
Hampir tidak ada aktivitas menurunkan atau menaikkan penumpang di dalam Terminal Penggaron. Akibatnya, terminal seluas 5.500 meter persegi tersebut hampir setiap hari dalam keadaan sepi.
Padahal, terminal tipe B itu melayani banyak jurusan. Bisa dalam kota yang dilayani terminal itu, antara lain jurusan Penggaron-Banyumanik, Penggaron-Mangkang, dan Penggaron-Terboyo. Sementara, bis antarkota antara lain, Penggaron-Ungaran dan Purwodadi-Semarang.
Para penumpang selama ini lebih memilih turun maupun naik bis di luar terminal. Padahal, apabila dilihat, kondisi di dalam terminal dapat dikatakan terawat baik dan bersih.
Paling-paling, hanya ada aktivitas Bus Rapid Transit (BRT) koridor I Penggaron-Mangkang, BRT, yang baru beroperasi satu koridor, memang berujung di Terminal Penggaron.
Tak dimungkiri, kondisi terminal benar-benar sepi. Beberapa sopir dan awak bis yang berada di terminal hanya untuk bersantai dan memperbaiki bis. Sementara, beberapa kios yang berada di dalam bis tersebut, terlihat pasrah.
“Mau bagaimana lagi, ini sudah risiko pedagang di sini. Harus selalu bersabar karena sepinya pembeli. Paling-paling yang beli, ya, cuma beberapa awak bis, yang memang sudah menjadi langganan kami,” kata Harti (41), penjaga warung makan di Terminal Penggaron.
Sulit Diatur
Rofik (33), petugas kebersihan Terminal Penggaron, mengatakan, penertiban pernah dilakukan baik kepada para sopir maupun penumpang agar aktivitas menaikkan maupun menurunkan penumpang di dalam terminal tersebut.
Namun, tak ada seminggu, kondisi kembali seperti semula, terminal sepi. “Kondisi seperti ini, dikarenakan sulitnya penumpang diatur. Sementara, para sopir hanya mengikuti kemauan penumpang karena yang dibutuhkan para sopir, ya memang penumpang itu,” tambah Rofik.
Sopir bis jurusan Penggaron-Mangkang, Abdul Muif (36), berpendapat, apabila pihak terminal ingin benar-benar mengoptimalkan agar tidak terlalu sepi, sebaiknya petugas menjaga ketat jalan masuk ke terminal. Tujuannya agar bis mau menaikkan dan menurunkan penumpang di dalam terminal.
“Kalau seperti itu kan, tidak ada yang dirugikan. Baik bagi awak bis, penumpang, pedagang, maupun pengelola terminal,” tambahnya.
Ketika dikonfirmasi dalam kesempatan terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Terminal Penggaron, R Djoko Soepomo, mengatakan, Terminal Penggaron memang tidak bisa disamakan dengan terminal tipe A. Terminal tersebut tidak bisa dituntut harus ramai.
“Terminal sepi memang sudah sejak dahulu. Sedangkan penumpang yang tidak mau turun di dalam terminal, kami tidak memiliki wewenang,” kata Djoko. (dse)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar