Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Ayam Ketawa Mulai Digemari di Semarang
Diposting oleh
Deni Setiawan
di
04.39
Selasa, 08 Maret 2011
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yang kokoknya menyerupai ketawa orang, makanya disebut ayam ketawa tersebut, sudah banyak dipelihara.
Di Perumahan Taman Puri Sartika Blok C27, Sukorejo, Gunungpati, salah satunya. Di Istana Ayam Ketawa, begitu Fredy (46), menyebut nama usahanya, Anda bisa menemui ayam ketawa bersahut-sahutan.
Ayam ketawa adalah salah satu jenis unggas yang ada di Indonesia dan hampir punah. Ayam tersebut dahulu hanya dipelihara oleh para bangsawan Bugis sehingga masyarakat tidak bisa memeliharanya. Hal itulah, yang membuat terbatasnya penyebaran di tengah-tengah masyarakat.
Fredy menjelaskan, dalam bahasa Bugis, ayam tersebut disebut dengan nama manu gaga. Unggas tersebut dengan mudah dijumpai di Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Tepatnya sekitar 183 kilometer arah utara Makassar, Sulawesi Selatan, yang merupakan habitat aslinya.
Fredy memulai usahanya sejak empat bulan yang lalu. Sebelumnya, dia terjun di dunia bisnis tanaman hias, namun karena semakin terpuruk, maka beralihlah ke ayam ketawa. Sampai-sampai dia merelakan sebuah ruang tamu ukuran 3,5x3 meter di rumahnya, dijadikan kandang ayam.
30 ekor
Saat ini, dia sudah memiliki hampir seluruh jenis ayam ketawa. Mulai dari yang berjenis bakka, lappung, ceppaga, koro, ijo buata, bori tase, hingga karebo, yang secara keseluruhan berjumlah 30 ekor.
Rata-rata, tiap minggu Ferdy mampu menjual lima ekor ayam ketawa dengan kisaran harga antara Rp 1 juta-Rp 10 juta per ekor. “Masalah harga, relatif. Tergantung dari kualitas suara dan induknya. Rata-rata yang membuat semakin mahal karena telah menjuarai sebuah kontes dan induknya mantan juara,” kata pria yang juga pengusaha rental mobil di Semarang itu.
“Untuk mendapatkan ayam-ayam tersebut, saya ambil langsung dari Sulawesi dan menghabiskan dana Rp 40 juta. Sekarang, harga beli Rp 1 juta, saya bisa jual di Semarang Rp 6 juta-Rp 7 juta,” tambahnya.
Selain itu, tinggi-rendahnya nilai jual ayam ketawa pun dapat dilihat dari panjang-pendeknya ayam tersebut berkokok. Menurutnya, ada dua jenis ayam, berjenis dangdut dan slow. Yang berjenis dangdut pun dikategorikan menjadi beberapa jenis, tergantung suara yang dihasilkan, ada yang berspeed cepat, seperti suara kuntilanak, terompet, bahkan ada pula yang seperti suara seruling. Bagaimana, Anda penasaran dengan tawanya? (deni setiawan)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar