Bumerang Haryo Terbang ke Bangladesh

Senin, 02 Mei 2011
PADA 2005, Haryo Pangarso (46), memperoleh oleh-oleh sebuah bumerang dari seorang teman yang bekerja di Australia. Dia penasaran betul dengan cara menggunakan senjata Suku Aborigin itu. Berkali-kali mencoba, berkali-kali pula dia gagal menerbangkan bumerang.
“Ternyata, utnuk mengetahui cara menerbangkan bumerang yang benar, butuh waktu lama. Terlebih lagi secara autodidak, seperti saya,” jelas Haryo.
Dari penasaran itu, dia pun iseng-iseng mencoba membuat bumerang. Berbekal laptop untuk mempelajari seluk-beluk bumerang di berbagai website, dia mmenemukan beraneka ragam bentuk, ukuran, dan ornament untuk menghiasinya.
Setelah itu, dia mencoba merancang desain dengan menggunakan botol-botol kososng yang dibentuk bumerang. “Bumerang botol plastik itu saya coba sampai benar-benar terbang sempurna dan kembali di tangan saya,” tuturnya.
Lima tahun kemudian, Haryo dikenal sebagai pembuat bumerang. Dia mengelola toko online, yang menjual berbagai jenis bumerang buatan sendiri. “Ada sekitar 50 jenis bumerang kami buat dan jual secara online,” kata Haryo.

Penjaga TK
Sehari-hari, Haryo adalah penjaga TK Hj Nartini. Dari TK itu pula, Haryo menjalankan toko bumerang online nya.
Produksi bumerang juga dlakukan di TK itu, dibantu oleh Deni Sunawar. Dengan modal Rp 100.000, Haryo bisa membat sekitar 20 bumerang dalam waktu tiga hari.
Alat yang digunakan pun cukup sederhana. Hanya perlu perlengkapan seperti spidol, gunting, gergaji, cutter, amplas, lem, dan jepitan buku. Bahan bakunya, cukup sebuah tripleks setebal 3 milimeter.
“Rata-rata, kami mematok harga Rp 25.000-Rp 100.000 per buah, belum termasuk ongkos kirim,” tuturnya.
Seluruh karyanya diuji cobakan dahulu untuk memastikan layak terbang. Biasanya uji coba dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00 di lapangan sepak bola eks Sekolah Tinggi Olahraga (STO), Pegandan, Sampangan. “Bumerang yang baik ketika dilempar ke udara, mampu kembali ke posisi semula,” jelas Haryo.
Dari bisnis yang baru dia jalankan selama sekitar setahun itu, pesanan pun sudah mengalir dari beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Bali, bahkan kota-kota di Sulawesi.
Saat ini, tambahnya, dia sedang mempersiapkan beberapa desain bumerang untuk dipajang di sebuah pameran kerajinan tangan di Bangladesh, Juni mendatang. “Semoga saja, bumerang kami bisa menembus pasaran luar negeri,” harapnya. (deni setiawan)

0 komentar:

Posting Komentar