PADA 2005, Haryo Pangarso (46), memperoleh oleh-oleh sebuah bumerang dari seorang teman yang bekerja di Australia. Dia penasaran betul dengan cara menggunakan senjata Suku Aborigin itu. Berkali-kali mencoba, berkali-kali pula dia gagal menerbangkan bumerang.
“Ternyata, utnuk mengetahui cara menerbangkan bumerang yang benar, butuh waktu lama. Terlebih lagi secara autodidak, seperti saya,” jelas Haryo.
Dari penasaran itu, dia pun iseng-iseng mencoba membuat bumerang. Berbekal laptop untuk mempelajari seluk-beluk bumerang di berbagai website, dia mmenemukan beraneka ragam bentuk, ukuran, dan ornament untuk menghiasinya.
Setelah itu, dia mencoba merancang desain dengan menggunakan botol-botol kososng yang dibentuk bumerang. “Bumerang botol plastik itu saya coba sampai benar-benar terbang sempurna dan kembali di tangan saya,” tuturnya.
Lima tahun kemudian, Haryo dikenal sebagai pembuat bumerang. Dia mengelola toko online, yang menjual berbagai jenis bumerang buatan sendiri. “Ada sekitar 50 jenis bumerang kami buat dan jual secara online,” kata Haryo.
Penjaga TK
Sehari-hari, Haryo adalah penjaga TK Hj Nartini. Dari TK itu pula, Haryo menjalankan toko bumerang online nya.
Produksi bumerang juga dlakukan di TK itu, dibantu oleh Deni Sunawar. Dengan modal Rp 100.000, Haryo bisa membat sekitar 20 bumerang dalam waktu tiga hari.
Alat yang digunakan pun cukup sederhana. Hanya perlu perlengkapan seperti spidol, gunting, gergaji, cutter, amplas, lem, dan jepitan buku. Bahan bakunya, cukup sebuah tripleks setebal 3 milimeter.
“Rata-rata, kami mematok harga Rp 25.000-Rp 100.000 per buah, belum termasuk ongkos kirim,” tuturnya.
Seluruh karyanya diuji cobakan dahulu untuk memastikan layak terbang. Biasanya uji coba dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00 di lapangan sepak bola eks Sekolah Tinggi Olahraga (STO), Pegandan, Sampangan. “Bumerang yang baik ketika dilempar ke udara, mampu kembali ke posisi semula,” jelas Haryo.
Dari bisnis yang baru dia jalankan selama sekitar setahun itu, pesanan pun sudah mengalir dari beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Bali, bahkan kota-kota di Sulawesi.
Saat ini, tambahnya, dia sedang mempersiapkan beberapa desain bumerang untuk dipajang di sebuah pameran kerajinan tangan di Bangladesh, Juni mendatang. “Semoga saja, bumerang kami bisa menembus pasaran luar negeri,” harapnya. (deni setiawan)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar