HARGA produk elektronik yang sedang bergejolak akhir-akhir ini tak membuat PT Niko Elektronik Indonesia (NEI), produsen barang-barang elektronik merek Niko, mengorbankan konsumen. Manager Direktur PT NEI, Siswo Handoyo, pihaknya tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk para agen dan konsumen.
Sebaliknya, NEI memberikan apresiasi kepada agen maupun konsumen dengan menyelenggarakan program kupon gosok-gosok berhadiah. NEI menyiapkan sekitar 300.000 kupon. Undian ini berlaku selama enam bulan yakni mulai 1 April-30 September 2011.
Menurut Siswo Handoyo, setiap pembeli produk Niko antara 1 April sampai 30 September otomatis akan memperoleh satu kupon yang bisa digosok. Agar masyarakat mengetahui program tersebut, tambahnya, PT NEI akan menyebar spanduk-spanduk ke seluruh agen atau toko. “Untuk menghindari penipuan kupon gosok-gosok, maka konsumen yang membeli produk kami langsung diberi kupon oleh agen. Satu kupon untuk satu unit produk,” papar Siswo.
NEI yang bermarkas di Jalan Raya Semarang-Demak Km 7, Lingkungan Industri Banjardowo Blok B8-9 Semarang ini, pada 2011 akan tetap berkomitmen untuk membidik pangsa pasar masyarakat yang berada di tingkat menengah ke bawah. “Sebagai salah satu pusat produksi elektronik dengan pasar seluruh Indonesia, kami tetap berkomitmen memberikan harga produk yang mudah dijangkau masyarakat kelas menengah ke bawah. Wujud konkretnya adalah dengan meluncurkan produk Niko Premium,” tambahnya.
Menurutnya, produk elektronik buatan Niko siap bersaing dengan produk elektronik buatan Jepan maupun China, baik dari segi desain maupun kualitas. Sementara untuk harga, produk Niko ini jauh lebih murah atau bahkan bisa 30 persen dari harga produk Jepang. “Hingga kini, masih banyak yang mengira hasil produksi kami adalah buatan China, padahal sekitar 70 persen urni buatan Indonesia, tenaga ahlinya juga asli Semarang,” katanya. (dse)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar