PENGALIHAN pengelolaan Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) dari Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) ke Pemprov Jawa Tengah, hingga kemarin, masih belum jelas kelanjutnnya. Padahal, DKJT sudah berniat untuk menyerahkan kunci berikut segala inventaris gedung tersebut kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jateng.
Sekretaris DKJT, Goenoto Saparie menjelaskan, surat yang diajukan kepada Gubernur Jateng sejak Desember 2010 terkait pengalihan pengelolaan gedung PKJT, hingga kini belum ada balasan.
“Kami beum menerima kabar adanya SK Gubernur Jateng soal itu. Akibatnya, penyerahan kunci dan serah terima SKPD yang ditunjuk mengelola belum bisa dilakukan secara resmi,” jelas Goenoto.
Gedung yang berada di kompleks PT Pusat Rekreasi Promosi dan Pembangunan (PRPP) jawa Tengah, Tawangmas, Semarang Utara, itu terpaksa dialihkan ke Pemprov Jateng karena kondisi gedung tersebut, makin tak terawat dan DKJT tidak memiliki dana untuk perawatan.
Kepala Disbudpar Jateng, Maryanto, mengatakan, pihaknya juga belum memperoleh kunci PKJT untuk dikelola Disbudpar Jateng. Tetapi pihaknya sudah menerima pengajuan dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (PPAD) Jateng. Berdasarkan informasi dari PPAD Jateng, akan dilakukan setelah adanya perubahan APBD 2011 pada September mendatang dan kemungkinan besar diserahkan ke Dibudpar Jateng pada awal 2012. (dse)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar