SELAMA seminggu belakangan, para siswa SD Patemon 01 Gunungpati, Semarang, seperti memperoleh semangat baru untuk berangkat ke sekolah.
Ada apakah gerangan? Tak lain, kehadiran lima mahasiswa asing dari berbagai negara, membuat para siswa sekolah “kampung” itu bisa merasakan pengalaman bertemu dan bergaul dengan “wong Landa”.
Sejak 12 Maret lalu, lima mahasiswa asing yang bergabung bersama dua relawan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dejavato Foundation Semarang, “ngangsu kawruh” di SD Patemon 01. Selain itu, dalam kegiatan yang dilaksanakan selama dua minggu, hingga 26 Maret mendatang, mereka juga melakukan aksi sosial, khususnya pada bidang seni, budaya, dan pendidikan.
Kelima mahasiswa asing tersebut, yakni Misako Sato (Jepang), Yoko Hiroko (Jepang), Melanie (Perancis), Ryan Robson (Kanada), dan Zin Ya Nsin (Taiwan). Selama dua minggu itu, mereka membantu mengajar para guru, khususnya bahasa Inggris dan membangun infrastruktur di sekolah tersebut.
“Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengajak dan meningkatkan prestasi anak pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, membantu pembangunan toilet dan atap bangunan di SD Patemon ini,” kata Amelia Christanti, relawan Dejavato Foundation asal Unika Soegijapranata.
Disambut Baik
Selama pelaksanaan, para mahasiswa asing itu, tinggal bersama warga di sekitar sekolah dan disambut baik oleh masyarakat. Di sana pula, mereka juga berkegiatan di bidang pertanian dan lingkungan.
“Kelima orang asing juga tak segan-segan membantu mencangkul, menanam pepohonan, bahkan ikut perbaiki atap sekolah kami,” kata Kepala SD Patemon 01, Sri Hartati.
Dia menambahkan, proses belajar-mengajar pun tidak terlalu terganggu karena sudah sejak awal telah dikoordinasikan. Sebelum menerima tawaran dari Dejavato, pihaknya juga mengadakan sidang pleno bersama para komite sekolah.
Selain itu, dengan kehadiran para mahasiswa asing tersebut, pihak sekolah juga memperoleh banyak keuntungan. Di samping sebagai hal baru dan pertama bagi guru, siswa, dan sekolah itu, dapat mengetahui letak kesalahan guru ketika mengajar Bahasa Inggris secara langsung. (deni setiawan)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar