Saat Siswa SD Berinteraksi dengan “Landa”

Kamis, 07 April 2011
SELAMA seminggu belakangan, para siswa SD Patemon 01 Gunungpati, Semarang, seperti memperoleh semangat baru untuk berangkat ke sekolah.
Ada apakah gerangan? Tak lain, kehadiran lima mahasiswa asing dari berbagai negara, membuat para siswa sekolah “kampung” itu bisa merasakan pengalaman bertemu dan bergaul dengan “wong Landa”.
Sejak 12 Maret lalu, lima mahasiswa asing yang bergabung bersama dua relawan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dejavato Foundation Semarang, “ngangsu kawruh” di SD Patemon 01. Selain itu, dalam kegiatan yang dilaksanakan selama dua minggu, hingga 26 Maret mendatang, mereka juga melakukan aksi sosial, khususnya pada bidang seni, budaya, dan pendidikan.
Kelima mahasiswa asing tersebut, yakni Misako Sato (Jepang), Yoko Hiroko (Jepang), Melanie (Perancis), Ryan Robson (Kanada), dan Zin Ya Nsin (Taiwan). Selama dua minggu itu, mereka membantu mengajar para guru, khususnya bahasa Inggris dan membangun infrastruktur di sekolah tersebut.
“Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengajak dan meningkatkan prestasi anak pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, membantu pembangunan toilet dan atap bangunan di SD Patemon ini,” kata Amelia Christanti, relawan Dejavato Foundation asal Unika Soegijapranata.

Disambut Baik
Selama pelaksanaan, para mahasiswa asing itu, tinggal bersama warga di sekitar sekolah dan disambut baik oleh masyarakat. Di sana pula, mereka juga berkegiatan di bidang pertanian dan lingkungan.
“Kelima orang asing juga tak segan-segan membantu mencangkul, menanam pepohonan, bahkan ikut perbaiki atap sekolah kami,” kata Kepala SD Patemon 01, Sri Hartati.
Dia menambahkan, proses belajar-mengajar pun tidak terlalu terganggu karena sudah sejak awal telah dikoordinasikan. Sebelum menerima tawaran dari Dejavato, pihaknya juga mengadakan sidang pleno bersama para komite sekolah.
Selain itu, dengan kehadiran para mahasiswa asing tersebut, pihak sekolah juga memperoleh banyak keuntungan. Di samping sebagai hal baru dan pertama bagi guru, siswa, dan sekolah itu, dapat mengetahui letak kesalahan guru ketika mengajar Bahasa Inggris secara langsung. (deni setiawan)

0 komentar:

Posting Komentar