Ribuan Kicau di Karimata

Rabu, 06 April 2011

SUASANA Pasar Karimata, Jalan Purwosari Raya, Rejosari, Semarang Timur, siang itu, jauh lebih meriah ketimbang biasanya. Itu terjadi karena ribuan burung berkicau secara bersahut-sahutan dan ditambah teriakan keras para pemilik berbagai jenis burung, kian menghidupkan pasar itu.
Sehari-harinya, pasar burung yang konon terbesar di Semarang itu tidak pernah dijejali orang sampai ribuan, seperti saat itu. Paling banter, seratus-duaratus orang itupun tidak berbarengan.
Membanjirnya pengunjung hingga ribuan orang di pasar yang pernah menjadi pasar burung percontohan tingkat nasional di tahun 1980-an ini, dipicu karena adanya sebuah lomba burung berkicau “Apache Berkicau” yang diadakan oleh Paguyuban Pasar Burung Semarang (P2BS) Karimata, Semarang bekerja sama dengan PT Karya Dibya Mahardhika Wilayah Jawa Tengah.
Kegiatan itu memperlombakan 10 jenis burung berkicau dengan dibagi menjadi tiga kelas, yakni kelas bintang, sejati, dan favorit, yang keseluruhan kelasnya diikuti oleh sekitar 900 peserta. Biaya pendaftaran untuk setiap kelas per peserta termasuk hadiahnya pun beragam.

Kelas Bintang
Untuk kategori kelas bintang dengan biaya pendaftaran Rp 65 ribu per jenis burung itu, memperebutkan juara I hingga X dengan enam jenis burung di antaranya adalah burung anis merah A dan B, cucak hijau, kacer, murai batu, love bird, dan pentet. Kategori sejati dibagi menjadi lima jenis burung, yakni anis merah, cucak hijau, kacer, murai batu, dan cucak jenggot dengan biaya pendaftaran Rp 55 ribu per jenis burung. Kategori favorit, ada burung anis merah, anis kembang, dan love bird dengan biaya pendaftaran Rp 40 ribu per jenis burung.
“Antusias peserta luar biasa. Mereka datang dari berbagai kota, ada dari Pati, Jepara, Yogyakarta, dan lain sebagainya. Rata-rata tiap peserta ikut lima sampai dengan enam jenis burung yang kami lombakan,” kata Abdul Aziz (60, panitia.
Menurutnya, lomba yang melibatkan sekitar enam juri dari Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta ini, sengaja diadakan untuk sekadar menghidupkan suasana Pasar Karimata yang makin hari makin sepi dikunjungi.
“Dengan diadakannya lomba seperti ini, pasar menjadi ramai. Orang-orang yang sebelumnya tidak tahu bentuk dalam Pasar Karimata, sekarang jadi tahu,” tambah Bazir, warga Srondol Wetan, Banyumanik.
Ketua P2BS Pasar Karimata Semarang, Sukairi (49), mengatakan, ada tiga kategori yang dinilai dalam lomba tersebut, yakni irama lagu, volume, dan fisik burung. Adapun dampak dari hasil lomba yang diadakan di ruang terbuka dengan luas sekitar 10x15 meter, yang berada di tengah-tengah pasar itu, salah satunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi pemilik burung yang menjuarai di setiap lomba. Selain itu, berpengaruh pula pada nilai jual burung itu. (deni setiawan)

0 komentar:

Posting Komentar