KALAU mengingat hari-hari menjelang pengumuman CPNS, 28 Desember lalu, pasti perasaan tak karuan kembali hinggap di hati Pram (28). Setidaknya, sesuai pengakuannya, hingga hari ini rasa semacam itu belum benar-benar lenyap dari hatinya.
Pram – dia mewanti-wanti agar tidak mengungkap identitasnya—merupakan salah satu calon pegawai negeri sipil (CPNS) Pemkot 2010 yang “lolos” seleksi di internet, tapi “tak lolos” di Koran. Pada pengumuman CPNS itu, ada perbedaan nama antara yang dimuat di situs Pemkot dan dua koran lokal.
Dia mengenang, sejak pukul 23.00 pada malam pengumuman, lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang itu telah “khusyuk” di warung internet (warnet) untuk membuka situs http://cpnsd.semarangkota.go.id yang mengumumankan hasil seleksi CPNS. Selewat pukul 00.00, dia langsung bersigegas membuka website untuk mengetahui apakah dirinya lolos tes atau tidak.
Hamper dua jam tiap kali membuka situs itu, namun selalu gagal atau bertuliskan Mikrotik HttpProxy; Error 403 Forbidden Access Denied, yang membuat dirinya putus asa dan merasa sia-sia menahan kantuk.
Lulus Seleksi
Ketika keputusasaannya hampir memuncak, tiba-tiba, situs itu secara perlahan terbuka. Tanpa berbasa-basi, dia langsung memasukkan nomor tes ujian CPNS, kemudian sambil berkata “bismillah” memencet enter.
Butuh waktu sekitar lima menit lagi untuk menunggu loading yang tak sempurna itu. Hasilnya, kaget dan mata berkaca-kaca, Pram diberitahukan lulus ujian seleksi CPNS Kota Semarang dan diminta segera melengkapi berkas.
“Saat itu juga, saya langsung mengabari orangtua bahwa saya telah lulus tes CPNS dan sebentar lagi jadi pegawai negeri di Semarang,” kata warga Ungaran tersebut.
Mendengar kabar bahagia dari anaknya, orangtua Pram berusaha membeli koran yang ada lampiran hasil seleksi CPNS, pagi harinya. Setelah didapat, dibukanya berlahan-lahan dan teliti untuk mencari nama Pram di koran itu. Tapi, sudah lima kali dia membolak-balik isi pengumuman itu, tak ada nama anaknya di sana.
Mendengar kabar itu, Pram pun mencoba membeli koran untuk memastikan kabar orangtuanya. Ternyata benar! Tidak ada nama Pram dari ratusan nama yang tertulis di koran. “Wah, seperti jadi patung sejenak ketika nama saya tak ada di koran. Saya sempat menduga, jangan-jangan malam itu karena saya ngantuk berat sehingga salah menafsirkan. Tapi setelah ditelusuri, ternyata tak hanya saya, ada yang senasib, yakni teman saya sendiri,” kata mantan guru SMA swasta di Ungaran tersebut.
Dia bersama kedua temannya pun, dating ke Balai Kota Semarang untuk mencari informasi perbedaan pengumuman hasil seleksi dan memastikan yang akurat, koran atau website.
“Heran, padahal tertera, sumber informasi hanya satu, yakni situs http://spnsd.semarangkota.go.id, tapi kok bisa beda, maka kami ke Balai Kota untuk memastikan. Sayang, siang itu tidak ada yang bisa ditemui untuk konfirmasi. Ruangan pun tak ada penghuninya,” jelas Item (26), yang senasib dengan Pram.
Seminggu kemudian, perjuangan mereka memperoleh titik terangnya. Setelah salah seorang pegawai di Balai Kota memberikan keterangan bahwa sumber informasi yang dianut adalah website, bukan koran. Begitu mendapatkan penjelasan tersebut, Item dan Pram merasa lega.
“yang tak habis pikir, data nama-nama yang lulus seleksi CPNS antara yang di website dengan koran, kok bisa beda? Tak bisa bayangkan, bagaimana kalau ada beberapa orang yang gaptek internet dan hanya bertumpu pada hasil yang diumumkan di koran,” ungkap Item. (deni setiawan)
Lahir di Sarolangun, 14 Desember 1985 -- TK Bunga Tandjung Sidareja, Kabupaten Cilacap -- SD Negeri Gunungsimping 03 Cilacap -- SMP Negeri 4 Cilacap -- SMA Negeri 1 Sidareja, Kabupaten Cilacap -- Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Khansa Zahra Najwalni
Jepret
Database Deni
-
WARGA Perumahan Taman Puri Sartika mengeluhkan minimnya perhatian Pemkot Semarang atas berbagai persoalan yang menimpa mereka. Menurut warga...
-
PERNAH dengar sebutan ayam ketawa? Tak perlu jauh-jauh ke Sidrap, Sulawesi selatan, untuk melihat ayam unik tersebut. Di Semarang, ayam yan...
-
KONDISI Terminal Penggaron saat ini ibarat “mati suri”. Bis-bis memang masih mau masuk, tapi nyaris hanya numpang lewat, membayar retribusi,...
-
TAMAN Menteri Supeno menjadi sangat sibuk pada siang hari. Taman yang biasanya sepi itu dipadati pengunjung berbagai stan, yang menjual anek...
-
DATANG dan melihat, Gunungpati, menghadirkan rasa nyess . Bayangkan, kalau ada lahan seluas empat hektar, yang ditanami cabe dengan buah-bu...
-
RABU (13/4), ratusan pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo, atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kuning (SK), mengikuti pem...
-
DERETAN pohon karet yang berbaris rapi nan hijau di sisi kanan-kiri jalan, disertai dengan kicauan burung di pagi hari, seakan-akan menjadi...
-
PEMBUDIDAYAAN kepiting soka ( soft shell ) di Tugu, Semarang, bangkrut. Usaha itu hanya bertahan setahun karena tambak pembudidayaan sering ...
-
KAMPUS SMP 5 Semarang, Kagok, seperti menjelma lokasi syuting kejar tayang. Di hampir setiap sudut sekolah, terdapat sekumpulan orang yang t...
-
PERSATUAN Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Karimata, Semarang mempertanyakan kinerja Pemkot Semarang soal penertiban para pedagang kaki lima ...
0 komentar:
Posting Komentar