Puri Maerakaca Kehilangan Pesona

Kamis, 24 Februari 2011

EKSPRESI kecewa tak bisa disembunyikan dari wajah Siti Sumiarti. Bayangan keindahan tentang Puri Maerakaca yang dibawanya jauh-jauh dari Wonosobo lenyap dari kepalanya. Pesona Taman Mini Jawa Tengah nyaris tak bisa dilihatnya. Yang tersisa cuma sederetan bangunan dengan berbagai corak arsitektur khas kabupaten/kota di Jateng, tapi nyaris kesemuanya tak terawat.
Siti hanyalah satu dari sejumlah orang yang ingin menikmati "sisa-sisa keindahan" Puri Maerakaca. Selain dia, ada sejumlah orang yang mengunjungi objek wisata yang terletak di kompleks PT Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP), Tawangmas, Semarang Utara, tersebut.
Nyaris, ekspresi para pengunjung itu senada: kecewa. Kompleks seluas 24,5 hektar itu, kini terkesan kumuh dan tak terawat.

Kubangan Air
Walaupun libur, taman mini yang memiliki 35 anjungan kabupaten/kota se-Jateng selalu terlihat sepi. Hampir 75 persen anjungan tidak ada aktivitas dan fasilitas yang disediakan kepada para pengunjung pun sudah rusak.
Kubangan air pun ada di sana-sini, akibatnya pengunjung yang berjalan kaki terpaksa balik badan, tidak melanjutkan perjalanan ke anjungan berikutnya.
"Kami kecewa. Jauh-jauh datang ke sini, malah disambut dengan kubangan air. Penjaganya kurang ramah. Tempatnya pun kotor," jelas Siti.
Serupa dengan Siti. Darmawan, warga Demak pun kecewa. Dia merasa kapok berkunjung ke objek wisata itu karena ternyata berbeda jauh dari gambaran yang disajikan di website.
Tak hanya itu, ketidaknyamanan pengunjung pun diakibatkan karena ada beberapa anjungan yang kendaraan pengelola diparkirkan di dalam anjungan dan di sisi sampingnya ada pakaian yang sedang dijemur. Dampaknya, hampir sepuluh tahun terakhir, mengalami penurunan kunjungan ke kompleks yang dibangun antara tahun 1988-1993 itu.
Marketing Direktur PT PRPP Bambang Anggoro menjelaskan, PRPP hanya sebatas pada pengelolaan Puri Maerakaca, semua tanggung jawab perawatan setiap anjungan adalah Pemerintah Daerah/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, baik kota maupun kabupaten.
Pengelola sebenarnya sudah beberapa kali memberikan peringatan. Selain menjadi tempat memajang produk kerajinan dan kesenian, replika rumah-rumah adat di Jawa Tengah itu, telah beralih fungsi menjadi tempat tinggal pribadi para penjaganya. Hal itulah yang membuat kecewa, hasilnya ya penurunan jumlah pengunjung tiap tahunnya. Dan akan terus menurun apabila semua pihak tidak saling evaluasi.
Deni Setiawan

0 komentar:

Posting Komentar